Pengelolaan Keuangan Pribadi

Banyak orang bilang “Kalau mau kaya, jangan lama-lama jadi karyawan. Keluar dan bukalah usaha sendiri.” Pertanyaannya: betulkah bekerja sebagai karyawan tidak bisa membuat Anda jadi kaya? Jawabannya: ternyata tidak betul…!

Ada 5 kiat agar seorang karyawan bisa jadi kaya:

  1. Beli & Miliki Sebanyak Mungkin Harta Produktif,
  2. Atur Pengeluaran Anda,
  3. Hati-hati dengan Utang,
  4. Sisihkan untuk Masa Depan,
  5. Miliki Proteksi.

Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?”

“Jangan mau seumur hidup jadi orang gajian …”

“Mau kaya? Jangan jadi karyawan …”

“Buka Usaha Sendiri adalah kunci menuju kekayaan …”

“Kerja jadi karyawan mah gak akan bisa kaya …”

“Penghasilan gue sih segini-segini aja. Nggak akan pernah bisa gede. Maklum, kuli…”

… dan seterusnya.

Menjadi  karyawan  adalah  pilihan  yang  harus  dihormati.  Logikanya  saja deh,  kalau  tidak  ada  orang  yang  mau  jadi  karyawan  di  dunia  ini,  siapa  yang  akan menjalankan bisnis? Tidak ada, kan? Jadi, kalau Anda seorang karyawan, jangan mau terprovokasi  tentang  tidak  perlunya  menjadi  karyawan  lama-lama.  Oleh  karena, bagaimanapun, karyawan dan pengusaha adalah mitra yang sama-sama menjalankan bisnis.

Cuma saja, karyawan─tentu saja─memiliki hak yang berbeda dengan si pengusaha. Si pengusaha,  yang  biasanya  pada awalnya  juga  menjadi  pimpinan  di  perusahaan tersebut, berhak memecat si karyawan, sementara si karyawan tidak berhak memecat bosnya.

Satu lagi, banyak pendapat di luar sana─terutama di kalangan wiraswastawan─yang sering  kali  “melecehkan” pekerjaan  sebagai  karyawan.  Pelecehan  utamanya  adalah bahwa dengan menjadi karyawan Anda tidak akan pernah bisa kaya.

Huh, kata siapa?

“Jadi karyawan juga bisa kaya ….”

“Karyawan  memang  memiliki  keterbatasan  dalam  hal  penghasilan.  Namun,  untuk menjadi  kaya,  Anda  tidak  perlu  harus  menunggu  sampai  punya  penghasilan  besar. Anda  tetap  bisa  kaya  berapa  pun  penghasilan  Anda karena  kemampuan  Anda mengumpulkan  kekayaan  tidak  dilihat  dari  berapa  besarnya  penghasilan,  tapi  dari bagaimana Anda mengelola penghasilan itu.”

Mantaaap!

Jadi,  mulai  sekarang,  kalau  Anda  kebetulan  berprofesi  sebagai  seorang  karyawan, jangan lagi pernah minder kalau bertemu dengan teman Anda yang pengusaha. Teman Anda yang pengusaha mungkin saja punya penghasilan yang besar dan tidak terbatas hingga bisa berkali-kali lipat penghasilan Anda sebagai karyawan.

Namun,  kalau  dalam  soal  mengelola  penghasilan,  dia  belum  tentu  lebih  baik  dari Anda  sehingga  bisa  saja Anda-lah  yang  lebih  kaya  dalam  soal  finansial  daripada teman  Anda  yang  pengusaha  itu.  Banyak  koq karyawan  yang  sudah  bisa  mencapai banyak  hal  dalam  hidupnya,  seperti  rumah  sendiri, kendaraan  sendiri,  tabungan, deposito,  dan  sejumlah  investasi  lain, sementara  temannya  yang pengusaha  yang usianya sama dan sudah lama menjalankan usahanya belum mencapai apa-apa dalam hidupnya, padahal penghasilan usahanya cukup besar.

Jadi,  bedakan  antara  “kaya”  dan  “penghasilan  tinggi”.  Itu  adalah  2  hal  yang  sangat berbeda. Anda tetap bisa kaya walaupun bekerja sebagai seorang karyawan. Asyik, kan?

Sekarang,  beberapa  dari  Anda  mungkin  bertanya:  “Bagaimana  caranya  saya  bisa menumpuk  kekayaan kalau  penghasilan  sebagai  karyawan  di  kantor  tidak  besar?”

Tiga Pemikiran yang harus Anda miliki sebagai seorang karyawan:

Pertama, berapa pun gaji yang diberikan perusahaan kepada Anda, tidak─sekali lagi tidak─menjamin apakah Anda bisa menumpuk kekayaan.

Kalau penghasilan Anda sekarang Rp.2 juta per bulan, Anda pikir hidup Anda akan lebih baik dan Anda  bisa menumpuk  kekayaan  kalau  perusahaan  Anda  memberikan  gaji  Rp.5 juta per bulan? No way, Maan … Belum  tentu. Anda  sering  dengar  nggak:  ada  banyak  orang  yang  bolak-balik pindah perusahaan hanya karena mengejar gaji yang lebih tinggi? Kenyataannya, setelah  ia  pindah  dan  punya  gaji  yang  lebih  besar,  gajinya  teteeeeup saja  habis tanpa  ada  kekayaan  yang  bisa  ditumpuk.  Ini  karena  berapa  pun  gaji  yang  Anda dapat,  tidak  menjamin  apakah Anda  bisa  menumpuk  kekayaan,  yang  menjamin adalah  bagaimana  cara  Anda  mengelola  gaji  tersebut,  termasuk kalau  gaji  itu benar memang ngepas dengan kondisi Anda sekarang.

Kedua, jangan  selalu  menjadikan  kondisi  Anda  di  rumah─entah  Anda  banyak tanggungan, banyak utang,  atau boros─sebagai  alasan  untuk  selalu  minta naik gaji.

Tahu nggak, kalau Anda mendapat gaji dengan jumlah angka tertentu, pastilah  perusahaan  Anda  sudah  memiliki hitungan  sendiri  terhadap  besarnya jumlah gaji yang diberikan.

Contoh ya: kalau perusahaan memberikan gaji pada Anda sebesar Rp.2 juta per bulan,  angka  itu  adalah  angka  yang memang  sudah  disesuaikan  dengan  jabatan dan  daftar  pekerjaan  (job  description)  yang  harus  Anda  lakukan setiap  harinya. Perusahaan  tidak  akan  memberi  Anda  gaji  yang  juga  lebih  besar  hanya  karena Anda  belum punya  rumah,  belum  punya  motor,  dan  selalu  kehabisan  uang  di tengah bulan.

Ketiga, menjadi  kaya  bergantung  100%  pada  apa  yang  Anda  lakukan  terhadap keuangan  Anda, tidak  selalu pada  apa  yang  diberikan  perusahaan  kepada Anda.

Ya,  dalam  soal  menumpuk  kekayaan:  you  are  on  your  own.  Itu  urusan Anda  sepenuhnya.  Menjadi  kaya bergantung  pada  apa  yang  Anda  lakukan,  dan tidak selalu pada apa yang diberikan perusahaan kepada Anda. Memang sih, akan enak  memang  kalau  perusahaan  memberikan  banyak  hal  kepada  Anda  sebagai karyawannya. Akan tetapi, kalau Anda mau kaya, itu semua bergantung pada apa yang Anda lakukan terhadap penghasilan dan fasilitas yang Anda dapatkan.

Itulah 3 hal yang harus ada di pikiran Anda sebelum memutuskan untuk menjadi kaya sebagai seorang karyawan.

Untuk Menjadi Kaya, Bagaimana Caranya?

Rahasianya   sebetulnya   adalah   dengan   memaksimalkan   penghasilan   yang   Anda dapatkan.

Saya  kasih  contoh  ya:  misalkan  saja  penghasilan  Anda  sebulan─katakan saja─Rp.1,5 juta. Anda berkeluarga dengan 1 orang anak. Nah, rahasia untuk bisa jadi kaya sebetulnya adalah dengan bertanya kepada diri Anda sendiri, seberapa besar dari Rp.1,5  juta  tersebut  setiap  bulannya  yang  bisa  Anda  sisihkan  di  luar  pengeluaran- pengeluaran  Anda?  Nantinya,  bagian  yang  disisihkan  ini  harus  diputar  sedemikian rupa sehingga nantinya bisa menjadi aset dan membantu Anda menjadi kaya.

Aset  di  sini  maksudnya  tentu  saja  aset  yang  kelak  nantinya  bisa  memberikan penghasilan  buat  Anda.  Jadi,  di luar  gaji,  kelak nanti Anda juga akan mendapatkan penghasilan yang sifat nya pasif dari aset tersebut, yaitu penghasilan yang bisa Anda dapatkan walaupun Anda diam dan tidak lagi bekerja.

Oke,  katakan  saja  dari  Rp.1,5  juta  perbulan  tersebut  Anda  mampu  menyisihkan Rp.250 ribu per bulan. Nah, Rp.250 ribu per bulan inilah yang harus Anda putar untuk bisa dijadikan aset.

Pertanyaannya,   bagaimana   cara   memutar   Rp.250   ribu   per   bulan   itu   agar   bisa ditumpuk  dan  dijadikan  aset buat  Anda  kelak?  Tentunya  ada  lagi  pelajaran  tentang investasi yang perlu Anda ketahui. Hanya saja, Rp.250 ribu per bulan itu bisa Anda putar  dengan  untung  yang  sedikit  atau  besar,  atau  dengan  tingkat  kecepatan  yang cepat atau lambat. Semuanya kembali kepada Anda.

Sekarang, Anda mungkin akan bertanya: “Kapan bisa kaya kalau jumlah yang diputar setiap  bulan  hanya  Rp.250 ribu?”  Jawab  saya:  “Anda  harusnya  bersyukur.  Jumlah Rp.250  ribu  per  bulan  jauh  lebih  baik  daripada  tidak ada  sama  sekali.

Pertanyaan  lain:  “Gimana cara  memutar  uang  yang  hanya  Rp.250  ribu  per  bulan

untuk  bisa  tumbuh  besar  dan  menjadi  aset  buat  saya  kelak?”  Jawab  saya:  “Semua bergantung  pada  ke  mana Anda  memutar  uang  tersebut.  Namun,  percayalah,  kalau Anda rutin dan konsisten menyisihkan uang setiap bulan untuk diputar dalam bentuk investasi, dalam jangka panjang aset Anda tumbuh luar biasa.”

“Walaupun  penghasilan Anda sebagai seorang karyawan umumnya dibatasi, tetapi Anda juga bisa menumpuk kekayaan bila Anda tahu bagaimana caranya.”

Masalahnya,   bagaimana   kalau   Anda   tidak   bisa   menyisihkan   penghasilan   untuk ditabung  dan  diputar  dalam bentuk  investasi?  Jujur  saja,  kalau  Anda  tidak  bisa menyisihkan   penghasilan   untuk   ditabung   dan   diputar  dalam   bentuk   investasi, penyebabnya  bisa  macam-macam.  Akan  tetapi,  apa  pun  alasannya,  berapa  pun penghasilan Anda, harus ada yang bisa disisihkan. Memang, kalau gaji Anda Rp.1,5 juta  per  bulan  dan  Anda mencoba  menyisihkan  uang  untuk  diinvestasikan,  Anda mungkin  tidak  lagi  bisa  hidup  dengan  Rp.1,5  juta  per bulan,  tapi  lebih  rendah  dari jumlah  itu. Yaah, anggap saja itu konsekuensi yang harus Anda lakukan untuk bisa jadi kaya dengan penghasilan yang terbatas.

Anda bisa mengatur pengeluaran Anda agar─ujung-ujungnya─Anda bisa menyisihkan penghasilan untuk diinvestasikan. Tentunya, semakin besar penghasilan Anda,  biasanya  sih,  harusnya  akan  jadi  lebih  mudah  bagi Anda  untuk  meyisihkan jumlah yang lebih besar lagi. Harusnya …

3 TRIK UNTUK BISA MENYISIHKAN PENGHASILAN

1.   Menabunglah dimuka, jangan dibelakang.

Coba   lihat,   apakah   selama   ini   Anda   selalu   menabung   di   belakang   setelah membelanjakan semua penghasilan Anda? Bila ya, pantas saja Anda jarang bisa menabung. Kenapa? Oleh karena, uang Anda selalu habis tak berbekas. Maklum, uang  memang  lebih  enak  dipakai  daripada  ditabung.  Ya,  kan?  Jadi,  daripada ditabung di  belakang  setelah  membelanjakan  semua  penghasilan  Anda,  kenapa tidak  mencoba  untuk  menabung  di muka  segera  setelah  Anda  mendapatkan penghasilan? Katakan saja Anda dapat penghasilan tiap tanggal 26 setiap bulan. Cobalah  menabung  setiap  tanggal  26,  27,  atau  28  sebelum  Anda  memakai penghasilan itu. “Loh, nanti penghasilan saya habis dong?” begitu mungkin kata Anda. Ya biar saja, toh Anda sudah sisihkan dulu sebelum penghasilan itu dipakai, kan?  “Lho,  nanti  uang  untuk  biaya  hidup  saya  dan  keluarga  berkurang dong?”  Hallah,  kalaupun  penghasilan  Anda  naik,  toh penghasilan  itu  akan  habis  juga, kan? Jadi, sebelum habis, kenapa Anda tidak selamatkan dulu sebagian, daripada nabungnya di belakang terus habis? Ya nggak?

2.   Minta  tolong  kantor  yang  memotongnya  untuk  Anda.

Pada  beberapa  kasus, Anda mungkin bisa minta tolong kantor Anda untuk memotong penghasilan Anda dan melakukan proses menabungnya buat Anda. Saya kasih contoh, kalau Anda punya investasi di reksadana, pembelian reksadana tersebut  harus  dilakukan  dengan  mentransfer  uang  ke  rekening  bank  kustodian mereka.  Nantinya  uang  itu  oleh  mereka  dibelikan  unit  reksadana.

Disini,  Anda bisa  meminta  kantor  Anda  untuk  memotong  penghasilan  Anda  di  muka  dan melakukan   proses  transfer   itu   sehingga   Anda   tidak   perlu   lagi   repot-repot melakukan   proses   menabung.   Toh,   Anda   tetap  menabung   di   muka,   kan? Pertanyaannya sekarang, memang bisa kantor melakukannya? Bisa dong. Cuma, Anda  harus  ngomong  dulu  ke  mereka.  Wong kalau  anda  punya  utang  ke  kantor saja  cara  pengembalian yang  mereka  minta  adalah  dengan  sistem  potong  gaji, kan? Kalau mereka bisa memotong gaji Anda untuk menutupi utang yang mereka berikan  buat  Anda,  apalagi  kalau  Anda  cuma  minta  kantor  melakukan  proses menabung buat Anda? All you have to do is just ask ….

3. Pakai celengan.

Eit, jangan kaget, yang namanya celengan itu tidak selalu buat anak kecil, tapi juga untuk orang dewasa. Bedanya adalah apa yang Anda celeng. Kalau anak kecil  nyeleng koin, entah seratus, lima  ratus,  atau  seribu,  Anda  bisa nyeleng─katakan─lembaran  dua  puluh  ribu  rupiah.  Lho,  bagaimana  caranya? Gampang:  setiap  kali  Anda mendapatkan  lembaran  uang  dua  puluh  ribu  rupiah, tetapkan  tekad:  JANGAN  PERNAH  MENGGUNAKAN UANG  ITU  UNTUK BELANJA.  Langsung  saja  masukkan  ke  celengan.  Jadi,  setiap  kali  bertemu lembaran uang dua puluh ribu, langsung dicelengin.

Setiap kali bertemu lembaran dua puluh ribu, celeng lagi. Begitu seterusnya. Anda akan kaget begitu tahu berapa jumlah yang bisa Anda kumpulkan di akhir bulan. Misalnya,   Anda   belanja   barang   senilai   Rp.15.000,-  dengan   menggunakan lembaran   uang   Rp.50.000,-.   Berarti,   Anda   akan   punya   kembalian   sebesar Rp.35.000,-, yang terdiri atas selembar dua puluh ribu dan tiga lembar lima ribu. Nah, celengin deh uang dua puluh ribu Anda. Anda toh sudah menetapkan tekad sebelumnya untuk tidak memakai lembaran dua puluh ribu itu, kan?

Sekarang,  untuk  membentuk  aset  dan  bisa  menjadi  kaya,  apakah  semuanya  harus

bergantung pada kemampuan Anda dalam menyisihkan penghasilan? Sebenarnya, ada lagi yang menentukan, yaitu seberapa bergunanya harta yang sudah Anda kumpulkan dan miliki sepanjang hidup Anda.

Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin Harta Produktif

a.   Harta di Rumah

  • Teve
  • Radio tape
  • Perabot rumah
  • Hiasan dinding (5 buah)
  • Meja makan
  • Handphone
  • Sofa (3 buah)
  • Komputer
  • Perangkat makan
  • Ranjang (4 buah)
  • Perhiasan
  • Peralatan masak
  • Busana (banyak sekali)
  • Kaset dan CD (banyak sekali)
  • VCD dan DVD (banyak sekali)
  • Setumpuk buku

b.   Harta Tetap

  • Rumah
  • Mobil Kijang
  • Motor Yamaha

c.   Harta di Bank

  • Tabungan di BCA
  • Tabungan di Bank Niaga
  • Deposito di Bank Mandiri

d.   Harta Lain misal: Reksadana Pendapatan Tetap (dari Trimegah)

Harta yang Bisa Memberikan Penghasilan

Langkah pertama yang harus Anda lakukan setelah mendapatkan gaji: menyisihkan sebagian untuk dibelikan Harta Produktif.

Jangan mengira Harta Produktif itu sesuatu yang sangat mahal dan hanya bisa dimiliki dengan  uang  sangat  banyak. Jangan  lupa,  produk  tabungan  di  bank  pun  tergolong Harta  Produktif  kalau  Anda  memakainya  untuk  investasi dan  tidak  pernah  diambil, biarpun pada saat ini bunganya kecil.

Apa   saja   yang   bisa   digolongkan   Harta   Produktif   atau   harta   yang   bisa memberikan penghasilan untuk Anda? Prinsipnya, hanya ada empat kelompok besar Harta produktif yang bisa Anda miliki. Kita bisa lihat dibawah ini:

  • Produk Investasi
  • Bisnis
  • Harta yang Disewakan
  • Barang Ciptaan

a.   Produk Investasi

Produk investasi adalah salah satu jenis harta yang bisa memberikan penghasilan kepada  Anda,  baik penghasilan rutin  maupun  penghasilan  yang  hanya  sesekali atau   bahkan   hanya   sekali   saja.   Produk   investasi   yang  bisa   memberikan penghasilan rutin biasanya berbentuk Produk Investasi Pendapatan Tetap. Produk ini biasanya memberikan bunga dan jumlah nominal uang yang investasikan tidak akan berkurang.

Contohnya, deposito di bank. Deposito adalah produk dimana Anda menaruh uang

di bank selama jangka waktu tertentu, kemudian pada saat jatuh tempo Anda akan mendapatkan   bunga   dan  tidak   lupa   uang   yang   Anda   taruh   di   bank   akan dikembalikan.  Bagaimana  dengan  tabungan  di  bank? Apakah  ini  juga  tergolong Produk   Investasi   Pendapatan   Tetap?   Ya,   karena   produk   tabungan   di   bank memiliki  prinsip  yang  hampir  sama  dengan  deposito.  Bedanya,  pada  deposito uang Anda “dikunci” dan tidak boleh diambil sampai jangka waktu tertentu, dan pada tabungan uang Anda tidak “dikunci”. Inilah yang membuat produk tabungan  di bank bisa saja digunakan untuk investasi. Hanya saja pada praktiknya, karena kecilnya bunga dan fleksibilitas dalam pengambilan, orang sering kali tidak lagi menjadikan produk tabungan di bank sebagai tempat investasi, tapi hanya sebagai tempat  menyimpan.  Bila  ada  rekrening  tabungan  yang  Anda  perlakukan  seperti ini, Anda harus menggolongkannya ke dalam Harta Konsumtif.

“Walaupun penghasilan Anda sebagai seorang karyawan umumnya dibatasi, tetapi Anda juga bisa menumpuk kekayaan bila Anda tahu bagaimana caranya.”

Selain  Produk  Investasi  Pendapatan  Tetap,  jenis  produk  investasi  kedua  adalah produk   investasi   yang  memberikan   keuntungan   dari   pertumbuhan,   di   mana penghasilan yang Anda dapatkan bukan berasal dari bunga, tapi dari pertumbuhan nilainya.  Artinya,  penghasilan  yang  Anda  peroleh  dari  harta  tersebut  baru bisa Anda  dapatkan  kalau  Anda  menjualnya.  Jadi,  penghasilan  yang  Anda  dapatkan cuma sekali. Contohnya reksadana, emas, saham, tanah, produk-produk investasi yang sifatnya jual beli.

Nah, menariknya, banyak orang yang merasa bahwa Harta Produktif hanya bisa

dimiliki  dengan  modal  besar.  Nggak jugalah!  Beberapa  produk  reksadana  pada saat ini sudah bisa dimiliki dengan modal awal hanya dengan beberapa ratus ribu rupiah.  Deposito  bisa  dimiliki  dengan  investasi  awal yang  hanya  beberapa  juta rupiah. Koin emas juga bisa dimiliki dengan nilai awal 5 gram. Kalau gaji Anda terbatas, nggak selalu harus mahal ‘kan untuk bisa memiliki Harta Produktif?

b.   Bisnis

Banyak orang menyisihkan gaji setiap bulan untuk dijadikan modal bisnis. Tidak semua bisnis memerlukan modal besar. Bisnis yang bergerak di bidang jasa sering kali tidak membutuhkan modal besar, kecuali  untuk  sejumlah peralatan  kantor  sederhana  yang  bisa  dibeli  dengan menyisihkan sebagian kecil dari gaji Anda selama enam bulan gaji.

Bisnis  adalah  salah  satu  Harta  Produktif  yang  bisa  Anda  miliki.  Masalahnya sekarang, ada banyak orang bisa menyisihkan gaji untuk modal bisnis, tapi masih saja  takut  memulai.  Saran  saya  sederhana:  mulai  saja.  Anda tidak  akan  pernah tahu bagaimana sebuah bisnis bisa berjalan kecuali Anda memulainya.

Anda  mempunyai  kendala  waktu?  Ya,  jangan  lakukan  saat  jam  kerja.  Banyak orang  bisa  memulai  bisnis dengan  berpartner  atau  menyerahkan  pengelolaannya kepada orang lain. Orang lain itulah yang menjalankan bisnisnya, sementara orang yang  mempunyai  modal  bisa  tetap  mencurahkan  waktu  untuk  pekerjaannya. Sekali  lagi,  ini  memang  bukan  pekerjaan  gampang,  tapi  Anda  tidak  akan  tahu kalau tidak mencoba.

c.   Harta yang Disewakan

Sebuah Harta Konsumtif, bila Anda menyewakannya dan bisa mendapatkan uang dari  situ,  maka  bisa  disebut Harta  Produktif.  Harta  apa  saja  yang  bisa  Anda sewakan?  Banyak.  Sebuah  rumah  bisa  disewakan  kepada keluarga  muda  yang belum mampu membeli rumah sendiri. Mobil Kijang Anda bisa disewakan kepada tamu hotel  yang  ingin  melakukan  perjalanan  dalam  kota  dan  membutuhkan transportasi.  Motor  Anda  bisa disewakan  secara  bulanan  untuk  diojek.  Bahkan, Anda  bisa  membuat  gerobak  nasi  goreng  untuk  Anda sewakan  secara  harian kepada penjual nasi goreng.

Apa   yang   bisa   Anda   lakukan   sekarang   dengan   gaji   Anda   adalah   mencoba menyisihkannya  sedikit  demi sedikit  agar  dapat  memiliki  harta  yang  kelak  bisa Anda sewakan. Bahkan, kalau mau, jika beberapa dari harta tersebut sudah Anda miliki   di   rumah   dan   kebetulan   tidak   terlalu   sering   dipakai,   Anda   bisa menyewakannya.  Contoh  paling  mudah  adalah  motor  yang  bisa  diojekkan  atau komputer  di  rumah  bisa juga  Anda  jadikan  bagian  dari  usaha  rental  komputer Anda.

d.   Barang Ciptaan

Barang  Ciptaan  adalah  salah  satu  Harta  Produktif  yang  bisa  Anda  buat  sendiri. Banyak  orang  bisa  membuat sesuatu,  memproduksinya  secara  massal  (entah dengan  modal  sendiri  atau  modal  orang  lain),  menjualnya dan  mendapatkan royalti.  Royalti  adalah  penghasilan  yang  umumnya  diterima  terus-menerus  dari penjualan barang atau sesuatu yang sifatnya ciptaan.

Contoh sederhana Barang Ciptaan adalah buku. Penerbitlah  yang  akan memproduksinya  secara  massal  dengan uang mereka.  Sebagai  pengarang,  akan  menerima  royalti  yang  besarnya  sekian persen  dari  setiap  buku yang terjual.

Saatnya Anda berpikir dan menciptakan sendiri Barang Ciptaan yang tepat untuk Anda.  Prinsip-prinsipnya, Barang  Ciptaan  umumnya  dibuat  dengan  keahlian tertentu  dan  biasanya  hanya  membutuhkan  sedikit  dari gaji  Anda  tiap  bulan.

“ BELI DAN MILIKI SEBANYAK MUNGKIN HARTA PRODUKTIF”

Bagaimana Melakukannya?

  1. Tentukan Harta Produktif yang ingin Anda miliki.
  2. Tulis  pos-pos  Harta  Produktif  yang  Anda  inginkan
  3. Segera  setelah  mendapatkan  gaji,  prioritaskan  untuk  memiliki  pos-pos  Harta
  4. pelajari seluk-beluk masing-masing Harta Produktif tersebut
  • Tabungan di Bank Niaga
  • Deposito di Bank Mandiri
  • Reksadana   Pendapatan   Tetap   (dari
  • Trimegah)
  • Deposito di Bank Danamon
  • Unit Link dari Prudential
  • Emas Koin
  • Reksadana Saham Shcroeder
  • Motor   (disewakan   ke   tukang   ojek dekat rumah)
  • Bisnis Laundry (perantara saja)
  • Bisnis Burger Edam (Franchise)

Atur Pengeluaran Anda

POS-POS PENGELUARAN

  • Telepon
  • Listrik
  • Air
  • Sembako
  • Kebutuhan Rumah Tangga (sabun, odol, dan lain-lain)
  • Iuran Sampah & Lingkungan
  • Iuran Arisan
  • Pulsa HP
  • Transportasi (bensin dan parkir/kendaraan umum)
  • Kesehatan (vitamin, dan lain-lain)
  • Perawatan Kendaraan
  • SPP Anak
  • Kursus Anak
  • Uang Saku Anak
  • Buku-buku untuk Anak
  • Langganan Koran
  • Cicilan Rumah
  • Cicilan Kendaraan
  • Premi Asuransi
  • Beli Buku
  • …………………………………………………………………………………….
  • …………………………………………………………………………………….

Menariknya,  karena  1─2  pos  pemasukan  sering  kali  harus  membayar  20─25  pos setiap  bulan,  sejumlah  masalah sering  muncul.  Masalah  pertama,  sering  kali  tidak semua  pos  pengeluaran  bisa  terbayar.  Masalah  kedua,  karena tidak  semua  pos pengeluaran  bisa  terbayar,  Anda  mulai  ngotot untuk  tetap  membayarnya  sehingga terjadilah defisit;  uang  keluar  Anda  lebih  besar  daripada  uang  yang  masuk.  Oleh karena itu, kita sering kali harus mengambil tabungan. Masalah ketiga, kalau terus- menerus  diambil  setiap  bulan,  tabungan  kita  akan  habis.  Disinilah  mulai muncul masalah keempat: utang. Anda akan menggunakan semua fasilitas utang yang ada di sekitar  Anda  untuk menutupi  defisit.  Kalau  utang  Anda  sudah  banyak,  mulailah menjual   barang-barang   Anda.   Kalau   barang-barang   itu   habis,   mulailah   timbul masalah-masalah yang sangat besar. Apa  saja  masalah  besarnya?  Banyak! Perceraian,  percekcokan,  harga  diri  turun drastis,  dan  sebagainya.  Mungkin  Anda  merasa  bahwa  harga  diri Anda  mulai  turun sejak Anda mulai menjual barang dan aset untuk menutupi utang.

“Defisit bisa menyebabkan berbagai masalah, termasuk pertengkaran antara suami istri. Oleh karena itu, cobalah untuk tidak mengalami defisit karena defisit adalah sumber dari segala sumber masalah.”

Kesimpulannya?  Jangan  sampai  ada  defisit!  Jangan  sampai  pengeluaran  Anda  lebih besar daripada pemasukan.

Caranya?

Atur pengeluaran Anda!

Oleh karena pengeluaran setiap orang berbeda, dan saya tidak mungkin mengetahui berapa   besar   pengeluaran  Anda,   saya   akan   berikan   tiga   hal   yang   harus   Anda perhatikan dalam mengatur pengeluaran.

Oleh karena pengeluaran setiap orang berbeda, dan saya tidak mungkin mengetahui berapa   besar   pengeluaran  Anda,   saya   akan   berikan   tiga   hal   yang   harus   Anda perhatikan dalam mengatur pengeluaran :

  1. Bedakan kebutuhan dan keinginan.
  2. Pilihlah prioritas terlebih dahulu.
  3. Ketahui   cara   yang   baik   dalam   mengeluarkan   uang   untuk   setiap   pos pengeluaran.

1.  Apa beda kebutuhan dan keinginan?

Pertama, “butuh”  adalah  satu  hal  yang  harus  kita  prioritaskan,  sementara  “ingin”  bisa dilakukan dilakukan setelah yang “butuh” terpenuhi. Namun  faktanya,  kebanyakan  kita  sering  kali  memakai  gaji  untuk  hal-hal yang memang  kita  “inginkan” terlebih  dahulu  sebelum  membeli  hal-hal  yang  kita “butuhkan”.  Jadi,  pantas saja banyak orang  yang  sudah  kehabisan  uang  bahkan sebelum  mereka  membeli  kebutuhan-kebutuhannya. Ini terjadi  karena mereka mendahulukan keinginan daripada kebutuhan.

Kedua, “butuh”  umumnya  ada  batasnya,  tapi  “ingin”  biasanya  tidak.  Kebutuhan membeli sembako, membayar transportasi, pulsa HP, pasti ada batasan rupiahnya, jumlahnya   pasti   segitu-gitu saja.   Akan  tetapi,  “ingin”,  biasanya   tidak   ada batasnya.  Apa  pun  yang  Anda  lihat  di  toko  atau  mal  saat  ini  bisa  jadi  Anda inginkan. Bahkan setiap kali Anda datang ke toko atau ke mal, setiap kali itu juga biasanya  keinginan  Anda  untuk membeli  jadi besar.  Tidak  ada  jaminan  bahwa keinginan  Anda  setiap  bulan  akan  terus  sama  jumlahnya kalau  dilihat  dari rupiahnya. Bisa jadi lebih besar pada bulan tertentu, menurun di bulan depannya, tapi meningkat dua kali dibanding bulan pertama pada bulan ketiga. Jadi, kenapa gaji Anda sering kali habis? Pada beberapa kasus adalah karena kita, selain mendahulukan keinginan daripada kebutuhan,   juga   memiliki  keinginan   tidak   terbatas.   Padahal,   kalau   hanya difokuskan pada kebutuhan, biasanya gaji Anda cukup.

Ketiga, “butuh” biasanya tidak selalu Anda “inginkan” dan “ingin” biasanya tidak selalu Anda “butuhkan”. Apa pun yang Anda beli karena Anda butuhkan seperti sembako, pulsa HP, membayar telepon, listrik, dan seterusnya tidak selalu Anda inginkan.  Beberapa  di  antaranya  bahkan  tidak  Anda  inginkan  sama  sekali,  tapi karena Anda butuh, ya Anda  beli.  Sebaliknya,  barang-barang  yang  Anda  beli karena  memang  “ingin”,  kadang-kadang  tidak  selalu  Anda  butuhkan,  tapi  toh Anda  beli  juga  karena  memang  Anda  ingin.  Baju  bagus  misalnya (padahal  baju Anda  sudah   penuh   sampai   satu   lemari),   HP   keluaran   terbaru,   atau   hal-hal semacam itu.

2.   Pilihlah prioritas terlebih dahulu.

Masih  ingatkah  Anda   berapa  pos  pengeluaran  yang  biasa  Anda  lakukan  setiap bulan?  Mencapai  20─25 pos, bukan?  Apa  yang  harus  Anda  lakukan  adalah membagi pos-pos pengeluaran tersebut menjadi 3 kelompok: Biaya Hidup, Cicilan Utang, dan Premi Asuransi.

Biaya Hidup adalah semua pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan agar Anda, keluarga Anda, serta rumah Anda bisa tetap hidup.

Contohnya  sembako  (agar  Anda  dan  keluarga  bisa  tetap  hidup),  telepon,  listrik, dan air (agar rumah Anda bisa tetap hidup), SPP anak dan semacam itu (agar anak Anda bisa menjalani hidupnya), dan seterusnya.

Cicilan  Utang adalah  semua  pos  pembayaran  utang  yang  biasa  Anda  lakukan setiap  bulan,  seperti pembayaran  cicilan  rumah,  cicilan  kendaraan,  cicilan  kartu kredit, dan seterusnya.

Premi Asuransi adalah semua pengeluaran yang Anda lakukan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran asuransi Anda, seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, atau asuransi kerugian, seperti asuransi rumah dan asuransi kendaraan.

Kalau saya mengatakan bahwa Anda mempunyai tiga kelompok pengeluaran dan Anda harus memilih satu saja yang harus Anda prioritaskan, kelompok mana yang Anda pilih? Pasti jawaban Anda adalah Biaya Hidup. Betul? Anda Salah!

Jadi,  apa  yang  sebaiknya  diprioritaskan  dari  tiga  kelompok  tadi?  Saran  saya, Cicilan Utang!

Kenapa?

Pertama, jumlah pos dalam kelompok Cicilan Utang di sebuah keluarga biasanya  tidak  sebanyak  jumlah  pos dalam  kelompok  Biaya  Hidup.  Kalaupun Anda mempunyai utang paling banter Cicilan Utang Anda tidak sampai 5 atau 7 pos: cicilan rumah, cicilan motor, cicilan mobil, dan kartu kredit kalau Anda nyicil

Kedua, pos Cicilan Utang biasanya mempunyai akibat tersendiri kalau Anda tidak membayarnya.  Apa  itu? Denda!  Biasanya  denda  dihitung  per  hari.  Selain  itu, saldo utang yang belum Anda bayar hanya gara-gara telat sering kali akan kena bunga lagi. Padahal, Anda hanya telat bayar beberapa hari.

Setelah  Anda  membayar  Cicilan  Utang,  prioritas  kedua  ialah  menggunakan  gaji Anda untuk membayar pos-pos Premi Asuransi. Kenapa?

Kalau  Anda  telat  membayar  Premi  Asuransi,  proteksi  yang  Anda  miliki  dari program  asuransi  bisa  hilang. Bukan  satu  dua  kali  saya  mendengar  banyak nasabah  yang  tidak  dibayarkan  klaim  asuransinya  gara-gara preminya  terlambat dibayar. Padahal, hanya terlambat beberapa hari. Jadi, setelah menggunakan gaji untuk membayar  Cicilan  Utang,  gunakanlah  untuk  membayar  Premi  Asuransi. Nah, prioritas ketiga, barulah membayar pos-pos dalam kelompok Biaya Hidup.

Dijadikan  prioritas  ketiga  bukan  berarti  Biaya  Hidup  tidak  penting,  tapi  karena anda  ingin  mendahulukan kelompok-kelompok  pengeluaran  lain  yang  memang “berbahaya” kalau telat bayar.

Jadi, urutan prioritas yang saya sarankan ialah Cicilan Utang, kemudian Premi Asuransi, dan terakhir Biaya Hidup.

3.   Ketahui   cara   yang   baik   dalam   mengeluarkan   uang   untuk   setiap   pos pengeluaran

Contohnya, Anda harus mengetahui cara yang baik dalam menggunakan telepon agar  pembayaran  Anda  di Akhir  bulan  tidak  mahal.  Misalnya,  pakailah  telepon seperlunya,  hati-hati  dengan  penggunaan  internet,  jangan  sering  menghubungi handphone kalau tidak perlu. Oke, kita bicara tentang listrik. Anda juga harus tahu bagaimana  menggunakan  listrik  agar  pembayaran  Anda  tidak  mahal.  Misalnya, matikan  alat  elektronik kalau Anda  memang  sedang  tidak  memakainya,  kurangi pemakaian  alat  elektronik  secara  bersamaan  pada  waktu tertentu,  ganti  lampu yang boros dengan lampu hemat energi, dan seterusnya.

Penghematan.

Selama  bertahun-tahun,  saya  mempunyai  pemahaman  yang  salah  dengan  kata

“berhemat”.  Kenapa? Buat saya, berhemat sering kali identik dengan hidup menderita. Bukan satu dua kali saya mendengar orang bilang, “Kalau mau hemat, jalan kaki aja …”. Itulah kalimat yang sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana image orang tentang kata hemat. Ibaratnya, kalau Anda biasa berkendaraan sendiri dari rumah ke  tempat  kerja,  sekarang  Anda  nggak usah  membawa  kendaraan  kalau  mau hemat, jalan kaki aja.

Beberapa tahun terakhir, saya baru menyadari bahwa pemahaman saya  terhadap kata  “hemat”  tenyata  nggak benar.  Hemat,  adalah  mencari  cara  agar  Anda  bisa mengeluarkan  uang  yang  lebih  sedikit  untuk  bisa mencapai  tujuan  yang  sama. Misalnya,  Anda  akan  pergi  dari  Jakarta  ke  Medan  dengan  pesawat.  Anda  tahu harga tiket pesawat dari airline tertentu, dari Jakarta ke Medan, katakanlah Rp.700 ribu.  Anda  ingin  berhemat. Pemahaman  orang  tentang  penghematan  biasanya mengganti  perjalanan  pesawat  tersebut  dengan menggunakan  perjalanan  darat. Naik   mobil,   misalnya,   atau   naik   bus   eksekutif,   yang   berarti   Anda   harus menghabiskan waktu lebih dari 24 jam di perjalanan.

Tenyata  yang  benar,  penghematan  bisa  juga  Anda  lakukan  dengan  mencari alternatif  maskapai  penerbangan lain,  yang  siapa  tahu  bisa  memberikan  harga lebih murah. Jadi, Anda tetap naik pesawat dan tetap menempuh jam perjalanan yang  sama  (kurang  lebih  2  jam),  tetapi  dengan  harga  lebih murah.

“Ketika  Anda  berhemat,  berhematlah  secara  kreatif,  bukan  menderita

Jadi, berhematlah. Dengan mengetahui cara berhemat, Anda bisa mengetahui dan mencari tip mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap pos pengeluaran.

“ ATUR PENGELUARAN ANDA ”

Bagaimana Melakukannya?

  1. Usahakan─kalau perlu sedikit lebih keras pada diri Anda sendiri─untuk tidak mengalami  defisit  karena  defisit adalah  sumber  semua  masalah  besar  yang mungkin muncul di masa mendatang.
  2. Prioritaskan  pembayaran  cicilan  utang,  lalu  premi  asuransi,  kemudian  biaya hidup.
  3. Pelajari tip mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap pos pengeluaran.

Hati-hati dengan Utang

Tahukah Anda perbedaan ngutang dan nabung?

Menabung  berarti  bersusah-susah  dulu,  bersantai-santai  kemudian.  Artinya,  Anda bekerja keras di depan, setelah itu merasakan nikmatnya di belakang. Kalau ngutang, berarti Anda bersantai-santai dulu, baru merasakan susahnya di belakang.  Sekali lagi, nabung berarti Anda bekerja keras dulu, baru mendapatkan nikmatnya di belakang, sedangkan ngutang berarti Anda menikmati nikmatnya di depan, setelah itu melakukan kerja keras.

“Ketahui Kapan Boleh Berutang dan Kapan Tidak ….”

Kapan BOLEH Berutang

1.   Ketika utang itu akan digunakan untuk sesuatu yang produktif.

Misalnya,  untuk  bisnis.  Bisnis  jelas  produktif,  biarpun  hasilnya  kadang  tidak selalu  bisa  langsung  dinikmati.  Harapannya  sih ,  hasil  bisnis  bisa  lebih  besar dibandingkan dengan bunga dan cicilan yang Anda bayar.

2.   Ketika utang itu akan dibelikan barang yang nilainya hampir pasti akan naik.

Contohnya,  rumah.  Rumah  adalah  tanah  dan  bangunan  yang  berdiri  di  atasnya. Nilai  bangunan  biasanya akan  menurun  dalam  jangka  waktu  10─15  tahun. Sebaliknya,  nilai  tanah  justru  akan  naik  dari  tahun  ke tahun.  Bahkan,  kenaikan harga tanah ini sering kali jauh lebih besar daripada penurunan nilai bangunan. Di sini, Anda boleh berutang karena hampir bisa dipastikan persentase kenaikan nilai rumah Anda lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.

3.   Ketika uang  tidak cukup  untuk  membeli  barang yang benar-benar Anda   butuhkan

Misalnya, barang elektronik. Kulkas deh. Kulkas nilainya cenderung menurun dari tahun ke tahun. Akan tetapi, barang ini penting dan pembeliannya sering kali tidak bisa  ditunda.  Bahasa  kerennya:  urgent.  Nah,  kalau  tidak punya uang tunai  yang cukup  untuk  membelinya,  Anda  bisa  memanfaatkan  fasilitas  utang  yang  ada  di sekitar Anda.

Kapan Sebaiknya TIDAK Berutang

Ketika  barang  yang  Anda  beli  nilainya  menurun  dan  Anda  punya  uang  untuk membelinya secara tunai.

Kalau  Anda  akhirnya  memutuskan  membeli  dengan  cara  kredit  atau  berutang,  apa yang  sebaiknya  Anda lakukan?  Sebaliknya,  bagi  Anda  yang  pada  saat  ini  sudah terlanjur   memiliki   utang,   bagaimana   caranya   agar   utang   tersebut   tidak   akan memberatkan gaji Anda?

Buat Anda yang ingin Mengambil Utang

Anda mungkin sedang berpikir-pikir ingin membeli sesuatu, entah itu rumah, mobil, motor,  komputer,  atau  barang elektronik.  Namun,  Anda  tidak  memiliki  uang  tunai yang  cukup  untuk  pembelian  tersebut.  Mungkin  uang  tunai Anda  ada,  tapi  terlalu ngepas, atau Anda memang betul-betul tidak mempunyai uang tunai sementara barang yang ingin dibeli dirasa urgent.

Mungkin Anda mulai berpikir dan mempertimbangkan untuk membeli secara kredit. Berikut sejumlah tip bila Anda ingin membeli sesuatu dengan cara berutang :

  1. Pilih dengan siapa Anda berutang.
  2. Ambil cicilan utang yang sesuai dengan penghasilan Anda.
  3. Perhatikan prosedur pembayaran utang Anda.

1.   Pilih dengan siapa Anda berutang

Ketika ingin berutang atau membeli sesuatu dengan cara kredit, pikiran kita sering kali lebih terfokus pada bagaimana caranya agar permohonan utang kita disetujui. Kadang-kadang    hanya   agar     permohonan    itu disetujui, kita melakukan kebohongan-kebohongan kecil, seperti jumlah penghasilan, lama bekerja, atau hal- hal semacam itu. Padahal, kita sering kali lupa bahwa ada perjuangan baru yang harus  dilakukan  segera  setelah mendapatkan  utangan  itu,  yaitu  bagaimana  cara kita untuk bisa membayarnya kembali.

Banyak  orang  yang  kadang-kadang  tidak  bisa  lancar  saat  membayar  kembali utang-utangnya. Penyebabnya macam-macam, bisa karena jumlah cicilannya yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan penghasilannya yang kecil, bisa karena penghasilannya tiba-tiba harus hilang karena di-PHK, dan seterusnya.

Siapa   saja   pihak-pihak   yang   sulit   diajak   bernegosiasi   dan   siapa   pula   yang fleksibel? Berikut urutan- urutannya;  mulai    dari    pihak    yang    sulit    diajak bernegosiasi sampai pihak yang paling fleksibel :

  1. Rentenir
  2. Perusahaan Pembiayaan (leasing & leaseback)
  3. Bank
  4. Pegadaian
  5. Kantor atau Koperasi Kantor f.  Teman atau Saudara
  6. Orang Tua atau Mertua h.   Pasangan

Jadi, ingatlah, dengan siapa Anda berutang akan menentukan bagaimana “nasib” keuangan Anda bila kelak Anda sedang tidak bisa membayar kembali utang-utang Anda.

2.   Ambil cicilan utang yang sesuai dengan penghasilan Anda.

Saran   saya,   usahakan   total   cicilan   utang   Anda   hanya   mencapai   30%   dari penghasilan Anda.

“Jangan mentang-mentang Anda sedang butuh, lalu Anda mengambil utang yang cicilannya memberatkan Anda. Ambillah utang yang cicilannya memang sesuai dengan penghasilan Anda. Kalau bisa, total cicilan utang tidak lebih dari 30% penghasilan Anda.”

Katakan saja penghasilan Anda Rp.1 juta per bulan. Ini berarti, kalau mengambil utang  atau  membeli  sesuatu secara  kredit,  Anda  hanya  bisa  mengambil  pilihan cicilan  sebesar  maksimal  Rp.300  ribu  per  bulan. Lebih-lebih  sedikit  bolehlah, nggak usah  kaku;  yang  penting  sekitar  30%  dari  penghasilan  Anda.  Bagaimana kalau  ingin  mengambil  dua  utang?  Boleh,  asalkan  total  cicilan  nya  tetap  sekitar 30%  dari  Rp.1  juta. Mungkin  Cicilan  Barang  A  sebesar  Rp.200  ribu  sebulan, sedangkan Cicilan Barang B Rp.100 ribu sebulan.

Kenapa    sih harus    memakai          aturan  30%?   Kalau   Anda   menggunakan sekitar─katakan─60%   dari  penghasilan   bulan   Anda   hanya   untuk   membayar cicilan,  utang  Anda  memang  akan  cepat  habis,  tapi Anda  tidak  bisa  membayar semua  pengeluaran  Anda  yang  lain.  Akibatnya,  kalau  kebutuhan  di  rumah  tidak bisa  terpenuhi,  konsentrasi  kerja  Anda  terganggu.  Bayangin  aja,  gaji  lumayan, tapi  Anda  tidak  bisa menikmatinya  karena  sebagian  besar  digunakan  untuk membayar cicilan. Sayang, kan?

Orang yang kebanyakan dalam membayar cicilan sering kali tidak bisa membayar kembali cicilan utangnya karena biasanya ia lebih mendahulukan untuk membeli kebutuhan.  Akhirnya,  uang  untuk  bayar  cicilan  sudah keburu  terpakai  untuk membeli kebutuhan sehingga tidak ada uang lagi untuk bayar cicilan.

3.   Perhatikan prosedur pembayaran utang Anda

Pernahkah  Anda  melihat  orang  yang  sering  kesulitan  membayar  cicilan  utang? Bukan  karena  orang  itu tidak sanggup  membayar,  bukan  juga  karena  cicilan utangnya  jauh  melebihi  aturan  kita  yang 30%  dari penghasilan.  Jadi,  lebih  pada prosedur pembayarannya.

Anggap saja Anda mendapat gaji sekitar tanggal 25 setiap bulan. Anda kebetulan mempunyai utang yang cicilannya wajib dibayar setiap tanggal 20. Katakan saja pada periode tanggal 15─20 setiap bulan. Kira-kira, apa yang akan terjadi?

Banyak  orang  bukannya  membayar  cicilan  tersebut,  tapi  keburu  menghabiskan uangnya  untuk dibelanjakan. Kalau  dapat  gaji  tanggal  25,  sementara  bayar utangnya  tanggal  15─20  bulan  depannya,  wajar  saja  kalau Anda  tergoda  untuk memakainya  terlebih  dahulu.  Akhirnya,  uang  Anda  habis.  Jadi,  kalau  gaji  Anda didapat setiap  tanggal  25,  kenapa  Anda  tidak  mencoba  “menawar”  agar  periode pembayaran utang itu bisa diubah ke tanggal 27─30? Atau 1─5?

Ingat,  keterlambatan  pembayaran  utang  sering  berakibat  denda  yang  sebenarnya tidak perlu.

Buat Anda yang Sudah Memiliki Utang.

Bagaimana kalau pada saat ini Anda sudah terlanjur memiliki utang? Banyak di antara

karyawan  yang  memiliki  utang,  malah  terpuruk  dengan  utang-utang  tersebut.  Suatu kali, saya pernah melihat sebuah iklan teve yang menggambarkan tentang bagaimana seorang  karyawan  yang  bekerja  dengan  sangat  baik  di kantornya  dan  memiliki  gaji cukup baik, tapi gara-gara utangnya banyak, ia hampir menghabiskan seluruh gajinya untuk membayar utang. Dengan demikian, ia tidak sempat lagi merasakan besarnya gaji yang ia peroleh.

Nah,  kalau  Anda  tidak  ingin  seperti  orang  yang  ada  di  iklan  itu,  bagaimana  kalau Anda  simak  tip-tip  berikut? Mudah-mudahan  dengan  tip-tip  ini,  Anda  tidak  akan stress kalaupun mempunyai utang :

  1. Tinjau kembali kemampuan Anda dalam membayar cicilan.
  2. Jalin hubungan dengan si pemberi utang.
  3. Kadang-kadang, tidak apa-apa melakukan gali lubang tutup lubang.

1.   Tinjau kembali kemampuan Anda dalam membayar cicilan

Total  cicilan  utang  Anda  sebaiknya  tidak  lebih  dari  30%  penghasilan  Anda. Namun,  bagaimana  kalau setelah  dihitung-hitung,  total  cicilan  Anda  mencapai 50% dari penghasilan Anda? Coba ubah ke 30%.

Bagaimana caranya? Negosiasi. Misalnya saja, penghasilan Anda per bulan mencapai Rp.3,5 juta. Kebetulan Anda memiliki tiga utang sebagai berikut:

    1. Motor, sebesar Rp.300 ribu per bulan, dibayar ke sebuah perusahaan leasing.
    2. Rumah, sebesar Rp.500 ribu per bulan, dibayar ke bank.
    3. Uang  tunai,  sebesar  Rp.600  ribu  per  bulan,  dibayar  ke  seorang  teman  yang pernah berbaik hati meminjamkan uang.

Total   cicilan   Rp.1.400.000,-   per   bulan.   Berarti,   sama   dengan   40%   dari penghasilan Anda.

Jadikan total cicilan Anda 30% saja dari penghasilan Anda. Dalam hitungan saya, ini berarti sama dengan Rp.1.050.000,- per bulan.

Bagaimana  caranya?  Lakukan  negosiasi  kepada  salah  satu  di  antara  pemberi utang, dan minta agar jumlah cicilannya bisa dikurangi. Diharapkan total cicilan Anda bisa hanya sekitar 30% dari penghasilan atau berkurang sebesar Rp.350 ribu per bulan.

Siapakah yang bisa dinegosiasi? Di antara ketiga pihak (leasing, bank, dan teman), yang  paling  fleksibel  adalah teman.  Jadi,  cobalah  datang  ke  teman  Anda,  siapa tahu  Anda  bisa  melakukan  negosiasi  dengan  mengubah cicilan  yang  tadinya Rp.600  ribu  per  bulan  menjadi  hanya  Rp.250  ribu  per  bulan.  Konsekuensinya, paling-paling  Anda  harus  bersedia  memperpanjang  jangka  waktu  pembayaran. Nggak apa-apa,  yang  penting  cicilan tersebut  tidak  memberatkan  Anda  setiap bulan.

Biasanya,  penghasilan  Anda  setiap  tahun  naik,  bukan?  Dengan  demikian,  lama- lama total cicilan Anda mungkin tidak lagi menghabiskan 30% penghasilan Anda, tapi hanya menjadi 25% atau 20% dari penghasilan Anda yang sudah naik.

Sekali   lagi,   bila   sekarang   Anda   sudah   mempunyai   utang,   tinjau   kembali kemampuan   Anda   dalam  membayar   cicilan.   Kalau   ternyata   cicilan   tersebut memberatkan Anda, jangan ragu melakukan negosiasi. Itulah karenanya, penting sekali bagi Anda memilih pada siapa Anda akan berutang.

2.   Jalin hubungan dengan si pemberi utang.

Saya sering kali melihat banyak orang yang setelah mendapatkan utang, bukannya menjalin hubungan dengan si pemberi utang, malah menjauh dan kadang-kadang “menghilang dari peredaran”.

“Jalinlah hubungan dengan si pemberi utang untuk memudahkan Anda agar bisa melakukan negosiasi apabila kelak Anda bermasalah dengan pembayaran utang Anda.”

Saran saya, cobalah jalin hubungan dengan si pemberi utang. Menjalin hubungan dengan banyak orang bisa sangat banyak berguna untuk pekerjaan dan usaha kita.

Selain  itu,  menjalin  hubungan  bisa  sangat  bermanfaat  kalau  suatu  saat  Anda mengalami kesulitan membayar utang.

Hubungan  yang  erat  dengan  si  pemberi  utang  kadang-kadang  memang  bisa membantu  dalam  memudahkan  negosiasi  kalau  kelak  Anda  sedang  tidak  bisa membayar utang. Ini memang tidak selalu mudah dilakukan, tapi cobalah sekali- sekali mengajak pemberi kredit Anda di bank untuk makan bersama. Atau, kalau Anda  meminjam  dari   teman,   sering-seringlah   melakukan   kegiatan   bersama denganmya kalau waktu Anda memang senggang.

Bayangkan kalau Anda tidak menjalin hubungan!

Hubungan  Anda  dengan  si  pemberi  kredit  hanya  sebatas  hitam  putih,  hanya business as usual atau hanya seperlunya saja. Garing, kan? Kalau Anda kelak lagi nggak bisa bayar, dan mencoba bernegosiasi, sering kali negonya menjadi alot. Ini karena sebelumnya Anda tidak memiliki kedekatan hubungan pribadi.

3.   Kadang-kadang, tidak apa-apa melakukan gali lubang tutup lubang

Maksud saya,   kalau   kita   sedang   mempunyai   utang   dan   sudah   waktunya membayar  kembali,  kadang-kadang  kita  tergoda  untuk  meminjam  fresh  money dari  pihak  lain  untuk  menutup  utang  yang  lama.  Nah, ketika  sudah  waktunya membayar kembali, kadang kita tergoda juga untuk mengambil utangan baru guna menutup  utang  lama.  Begitu  seterusnya.  Inilah  yang  disebut  gali  lubang  tutup lubang.

“ HATI-HATI  DENGAN  UTANG ”

Bagaimana Melakukannya?

  1. Ketahui kapan sebaiknya berutang dan kapan tidak berutang.
  2. Kuasai  tip  yang  diperlukan  bila  Anda  ingin  mengambil  utang  atau  membeli barang secara kredit.
  3. Kuasai tip yang diperlukan bila pada saat ini Anda terlanjur memiliki utang.

Sisihkan untuk Pos-pos Pengeluaran di Masa yang Akan Datang.  Anda pasti pernah mendengar nama PT Pegadaian.

Pegadaian adalah salah satu tempat yang bisa menerima barang yang Anda gadaikan. Arti  gadai  disini  adalah  Anda bisa  “menjaminkan”  barang  Anda  dan  mendapatkan pinjaman uang yang besarnya mungkin sekitar 70─80% dari nilai barang yang Anda gadaikan. Setelah satu waktu tertentu, Anda diberi hak menebus kembali barang yang Anda gadaikan. Tentunya setelah ditambah bunga.

Salah satu masa puncak yang dialami pegadaian setiap tahunnya adalah ketika akan memasuki tahun ajaran baru di sekolah. Artinya, setiap menjelang tahun ajaran baru yang biasanya jatuh di bulan Juni atau Juli.  Nah,  pada  bulan Mei,  pegadaian  sudah ramai  dikunjungi  orang  yang  ingin  menggadaikan  barang.  Ini  karena  setiap  kali memasuki tahun ajaran baru, banyak orang tua yang tidak memiliki dana cukup untuk biaya  pendidikan  yang  biasanya  harus dibayar─kalau  bisa─jauh  sebelum  si  anak masuk sekolah.

Tidak tepat sebetulnya kalau saya mengatakan bahwa para orang tua tidak memiliki dana; yang lebih pas adalah “tidak mempersiapkan” dana.

“Setiap menjelang tahun ajaran baru , kantor pegadaian selalu dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menggadaikan barangnya untuk mendapatkan dana tunai agar bisa membayar uang sekolah anaknya.”

Katakan saja Anda baru memiliki anak yang baru lahir di tahun 2005. Berarti, Anda sudah tahu kapan si anak akan masuk TK, SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Anda berarti juga harus tahu bahwa Anda perlu mengeluarkan uang pada tahun 2009 agar si anak bisa masuk TK. Anda juga harus tahu akan ada pengeluaran lagi di tahun 2011 untuk  si  anak  agar  bisa  masuk  SD.  Begitu  juga  saat  anak  Anda  masuk  SMP, SMA dan perguruan tinggi.

Anda  mungkin  tidak  mempersiapkan  dana  pendidikan  biarpun  sudah  tahu  bahwa Anda mempunyai kewajiban membayar biaya pendidikan tersebut. Akibatnya, begitu tahun 2009 datang, Anda tidak mempunyai dana yang cukup untuk membayar biaya pendidikan anak Anda untuk masuk TK. Begitu juga tahun 2011 ketika si anak masuk SD.  Begitu   juga   ketika   masuk   SMP,   SMA,   dan   perguruan   tinggi.   Akibatnya,  pegadaian  dipenuhi  oleh orang-orang yang  ingin  menggadaikan  barang  agar  bisa mendapatkan  dana  untuk  membayar  biaya  pendidikan.  Padahal,  itu terjadi  bukan karena Anda “tidak punya” uang, tapi karena Anda “tidak mempersiapkan”-nya.

Ada  empat  alasan  mengapa  orang  tidak  mempersiapkan  dana  sejak  sekarang  untuk membayar pos-pos pengeluaran yang penting di masa depan :

  1. Merasa belum urgent, toh masih lama.
  2. Merasa sudah tidak perlu lagi, toh sekarang sudah punya cukup dana.
  3. Merasa  sudah  tidak  perlu  lagi,  toh sekarang  penghasilan  saya  sudah  cukup besar.
  4. Pasrah.  Biarkan  saja  hidup  ini  mengalir  seperti  air,  toh nanti  uangnya  pasti akan datang sendiri.

1.   Merasa belum urgent, toh masih lama.

Banyak  orang  tidak  mau  mempersiapkan  dana  sejak  sekarang  untuk  semua pengeluarannya  di  masa  depan hanya  karena  merasa  belum  urgent.  Toh masih lama,  katanya.  Contohnya,  anak  Anda  sekarang  masih berusia  5  tahun.  Anda merasa belum perlu mempersiapkan dana untuk si anak agar bisa masuk kuliah di usia 17 tahun nanti. Toh masi 12 tahun lagi.

Justru karena masih memiliki kesempatan 12 tahun lagi, Anda bisa menyisihkan uang  sedikit-sedikit  saja  dari sekarang.  Sekadar  info,  kalau  Anda  terlambat menpersiapkan dana kuliah dan baru mempersiapkannya ketika si anak berusia 14 tahun, Anda akan merasa jauh lebih berat. Waktu Anda untuk mempersiapkannya bukan 12 tahun lagi, tapi hanya tiga tahun.

Jadi,   tidak   ada   waktu   yang   terlalu   dini   untuk   mempersiapkannya.   Dalam mempersiapkan dana untuk masa depan, time is your ally … waktu adalah sekutu. Artinya,  semakin  lama  waktu  yang  Anda  miliki,  semakin ringan  beban  Anda untuk mempersiapkannya dari sekarang.

2.   Merasa sudah tidak perlu lagi, toh sekarang sudah punya cukup dana.

3.   Merasa sudah tidak perlu lagi, toh sekarang penghasilan saya sudah cukup besar.

Ah,  ini  sih biasa,  apalagi  bagi  mereka  yang  hidup  di  perkotaan.  Karier  bagus dengan  gaji  besar  cenderung membuat  orang  merasa  aman.  Anggap  saja  Anda ingin  membeli  rumah  baru  dalam  waktu  lima  tahun mendatang.  Anda  memang sudah mempunyai rumah sendiri sekarang dan ingin membeli rumah kedua untuk investasi. Nanti, lima tahun lagi, begitu mungkin pikir Anda.

Dengan  penghasilan  besar  yang  didapat  sekarang,  kebanyakan  orang  berpikir bahwa dalam lima tahun mereka pasti akan memiliki penghasilan yang lebih besar lagi. Nah, karena ada penghasilan yang lebih besar dalam lima tahun mendatang, pasti rumah itu bisa kebeli.

Belum tentu! Penghasilan besar Anda sekarang bukan jaminan bahwa Anda akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar lagi pada beberapa tahun mendatang. PHK, resesi ekonomi, pengambilalihan perusahaan, bahkan pengurangan pegawai besar-besaran,  bisa  membuat  penghasilan  Anda  yang  besar  sekarang  menjadi stagnan atau lebih kecil dibanding sebelumnya.

Bahkan, kalaupun betul penghasilan Anda naik terus, jangan lupa bahwa kenaikan harga  barang  dan  jasa  sering kali  malah  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan kenaikan gaji Anda. Kalau gaji Anda hanya naik 10% per tahun, harga barang dan jasa ─termasuk harga-harga dari pos-pos pengeluaran Anda di masa depan─bisa jadi naik hingga 20% per tahun.

Jadi, jangan andalkan penghasilan besar Anda sekarang karena itu bukan jaminan bahwa Anda bisa mempersiapkan dana untuk pos-pos di masa depan. Lebih aman, sisihkan deh dari sekarang.

4.   Pasrah. Biarkan saja hidup ini mengalir seperti air, toh nanti uangnya pasti akan datang sendiri.

“Jangan pernah memiliki prinsip membiarkan hidup mengalir bagaikan air. Anda punya pos-pos pengeluaran di masa depan yang dananya harus dipersiapkan sejak sekarang.”

Air memang mengalir, tapi Anda ‘kan bukan air. Anda manusia yang mempunyai hak  untuk  menentukan  ke mana  Anda  dan  keluarga  yang  Anda  bawa  akan “mengalir”.

Kesimpulannya,   air   memang   mengalir.   Namun,   Anda   adalah   manusia   yang mempunyai hak untuk menentukan kemana Anda dan keluarga Anda akan pergi mengalir.  Jangan  lagi  asal  mengikuti  air  yang mengalir  karena  kalau  air  itu mengalir ke got, masa Anda mau ikut?

Pos-pos Pengeluaran      di    Masa    Depan    yang    Umumnya      Harus Dipersiapkan Sejak Sekarang

Apa sih pos-pos pengeluaran di masa depan yang harus dipersiapkan sejak sekarang? Banyak! Saya sebutkan lima pos pengeluaran yang paling sering dibutuhkan.

Lima pos pengeluaran yang paling sering dibutuhkan, antara lain:

  1. Pendidikan Anak
  2. Pensiun
  3. Properti
  4. Bisnis
  5. Liburan dan Perjalanan Ibadah

“Ada 5 Pos Pengeluaran di Masa Depan yang umumnya dimiliki orang, yaitu pendidikan anak, pensiun, pembelian properti dan semacam itu, bisnis sendiri, liburan dan perjalanan ibadah.”

1.   Pendidikan Anak

Kalau anak Anda sekarang baru berusia 2 tahun, biaya kuliah anak Anda ketika ia berusia 17 tahun bisa dipastikan sekitar Rp.300 juta lebih.

Kabar baiknya, Anda bisa mempersiapkan dana pendidikan sebanyak itu asalkan mau  menyisihkannya  dari sekarang.  Ada  sejumlah  produk  investasi  yang  bisa Anda   pilih.   Asuransi   pendidikan,   misalnya,   adalah  produk   persiapan   dana pendidikan  yang  paling  popular  saat  ini  di  Indonesia.  Produk  ini  tersedia  dalam pilihan  pembayaran  bulanan,  tiga  bulanan,  enak  bulanan,  atau  tahunan,  tapi  ada juga yang dalam bentuk sekali bayar kalau memang dana Anda cukup. Nantinya perusahaan  asuransi  Anda  akan  memberikan  dana pendidikan  setiap  kali  anak Anda masuk ke jenjang-jenjang pendidikan tertentu, yang biasanya dimulai ketika SD.

Selain  asuransi  pendidikan,  pilihan  lain  yang  juga  mulai  populer  ialah  tabungan pendidikan.  Pada  tabungan pendidikan,  Anda  seperti  membuka  tabungan  biasa, tapi  uang  Anda  dikunci.  Nanti  ketika  anak  Anda  masuk TK,  SD,  SMP,  dan seterusnya, tabungan Anda baru bisa diambil. Tabungan pendidikan ini diterbitkan oleh bank, bekerja sama dengan perusahaan asuransi jiwa. Nantinya kalau Anda sebagai  orang  tua  meninggal  dunia,  dana pendidikan  dari  tabungan  pendidikan tersebut tetap akan diberikan.

Produk-produk lain, seperti reksadana atau koin emas, juga bisa dipilih. Tip saya, kalau  Anda  menyisihkan  uang untuk  biaya  pendidikan  dari  penghasilan  Anda, sementara   penghasilan   Anda   didapat   dari   bekerja   secara  fisik,   Anda   harus mempertimbangkan untuk mengambil proteksi, seperti asuransi, agar bisa berjaga- jaga kalau terjadi risiko kematian. Ingat, kalau Anda meninggal, penghasilan Anda pasti   akan   berhenti.   Kalau  penghasilan   Anda   berhenti,   siapa   yang   akan meneruskan tabungan Anda? Dengan mengambil proteksi berupa asuransi, entah yang berdiri sendiri atau langsung dalam bentuk asuransi pendidikan atau asuransi pada tabungan  pendidikan,  risiko  hilangnya  penghasilan  karena  kematian  bisa diantisipasi.

2.   Pensiun

Pensiun  adalah  salah  satu  pos  yang  juga  harus  dipersiapkan  supaya  kelak  Anda bisa   hidup   dengan  standar   yang   Anda   inginkan.   Hal   pertama   yang   harus diperhatikan  ialah  sumber  penghasilan  macam apa yang  Anda  inginkan  ketika pensiun? Apakah cukup hanya dari jamsostek (hmm nggak begitu cukup kali ya),  penghasilan   pensiun   bulanan   dari   kantor   (paling   hanya   70%   dari   gaji terakhir), atau dana pensiun lump sum (sekali bayar) yang diberikan di akhir masa kerja Anda?

Bagaimana kalau Anda memcoba mempertimbangkan alternatif sumber lain untuk mempersiapkan  masa pensiun?  Pertama-tama,  Anda  bisa  mengikuti  Program Pensiun seperti DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan mengambil hasil dananya  pada  usia  yang  bisa  Anda  pilih  sendiri.  Katakan  saja  di  usia  55 tahun. Pada  DPLK,  Anda  menyetor  uang  setiap  bulan  yang  diambil  dari  gaji  Anda, kemudian  uang  itu  akan diputar  oleh  Manajer  Investasi  yang  bekerja  pada

Perusahaan DPLK Anda. Jangan khawatir, Manajer Investasi itu umumnya jago-jago,  kok.  Nanti,  ketika pensiun, kita  harapkan  uang  Anda  yang  diputar  oleh Manajer Investasi Anda sudah tumbuh berkembang dan bisa dinikmati.

Alternatif  lain  ialah  melakukan  investasi  sendiri  dan  menikmati  hasilnya  ketika pensiun. Jadi, Anda tidak perlu lagi menyetor ke Perusahaan DPLK karena di sini Andalah  yang  akan  memutar  serta  menginvestasikan sendiri  dana  Anda  setiap bulan yang diambil secara rutin dari gaji Anda. Kalau ingin melakukan cara ini, pastikan Anda menguasai dan mau belajar tentang kiat yang baik dalam investasi.

Alternatif lain yang banyak juga dipilih orang untuk masa pensiun ialah membuka bisnis sejak sekarang. Ketika Anda pensiun, diharapkan bisnis itu sudah berjalan dengan   baik   dan   hasilnya   bisa   dinikmati   dan  digunakan   untuk   membayar pengeluaran-pengeluaran  di  masa  pensiun.  Memang  tidak  gampang  membuka bisnis  sendiri.  Perlu  mental  yang  cukup  baik  untuk  bisa  berhasil.  Kalau  Anda merasa belum mempunyai mental yang cukup baik, saya rasa tidak ada salahnya Anda  memulai  dari  sekarang.  Mumpung  pensiun  Anda masih  jauh.  Anda  pun memiliki  kesempatan  untuk  jatuh  bangun  terlebih  dahulu  di  bisnis  tersebut. Dengan demikian,  ketika  pensiun,  diharapkan  Anda  sudah  terlatih  dan  kondisi bisnis Anda sudah berada di atas agar hasilnya bisa dinikmati.

3.   Properti dan kepemilikan lain

Tanah, rumah, dan kendaraan kadang-kadang menjadi tujuan di masa datang yang harus  disiapkan.  Bila  tujuan ini  merupakan  salah  satu  pos  pengeluaran  di  masa datang yang   juga  menjadi  keinginan Anda,  ada dua  alternatif    dalam mempersiapkannya.

Pertama,  dengan  menabung  sendiri.  Dengan  gaji  saat  ini,  Anda  bisa  menabung sedikit  demi  sedikit  supaya bisa  membeli  properti  itu  dalam  beberapa  tahun mendatang. Oleh karena harga tanah, rumah, dan kendaraan mahal, bisa puluhan bahkan ratusan juta  rupiah,   Anda   bisa menggunakan   alternatif kedua, memanfaatkan fasilitas pinjaman.

Fasilitas pinjaman dari siapa? Pertama-tama bisa dari bank. Pada saat ini hampir semua   bank   memberikan  fasilitas   pinjaman   untuk   pembelian   rumah   atau kendaraan  yang  bisa  Anda  manfaatkan.  Sejumlah  bank pada  saat  ini  bahkan bersaing untuk bisa mendapatkan nasabah-nasabah kredit.

Selain    bank,    perusahaan    pembiayaan    juga    banyak    memberikan    tawaran pembiayaan  untuk kendaraan. Jangan  lupa,  untuk  kredit  kendaraan,  perusahaan pembiayaan saat ini mengungguli bank dalam segi jumlah nasabah. Ini bisa terjadi karena  proses  disetujui  atau  tidaknya  permohonan  aplikasi  kredit  di  perusahaan pembiayaan biasanya jauh lebih cepat dibandingkan dengan di bank. Jangan lupa, entah  Anda  meminjam  di bank  atau  perusahaan  pembiayaan,  tentu  Anda  harus mengembalikan  pinjaman  tersebut  setiap  bulan  dalam bentuk  cicilan  pokok  dan bunga, yang diambil dari gaji Anda.

4.   Bisnis

Beberapa  di  antara  Anda  yang  sekarang  bekerja  sebagai  karyawan  pasti  pernah berpikir untuk membuka bisnis sendiri. Namun, dikarenakan alasan klise: modal, akhirnya bisnis tersebut nggak jadi dibuka.

Padahal,  membuka  bisnis  sendiri,  selama  tidak  mengganggu  waktu  kerja  atau tidak  berada  di  bidang  yang sama  dengan  perusahaan  tempat  bekerja  sekarang, sering  kali  menjadi  impian banyak  karyawan.  Cuma  ya itu,  mentok-mentoknya masalah modal.

Apakah bisnis Anda nggak bisa jalan karena alasan modal? Jangan lupa, bila Anda pada  saat  ini  bekerja  sebagai karyawan,  bisnis  yang  Anda  buka  sekarang  pasti skalanya masih sangat kecil. Dengan skala yang sangat kecil, apakah modal yang dibutuhkan harus betul-betul besar? Cobalah hitung lagi berapa sebenarnya modal uang yang Anda butuhkan untuk memulai bisnis, siapa tahu bisa lebih kecil.

Pertanyaannya, dari mana modalnya?

Lebih  baik  dari  menabung  sendiri.  Boleh  saja  Anda  langsung  meminjam  uang untuk membuka bisnis Anda sekarang. Saran saya, pinjamlah kalau memang Anda betul-betul   kepepet.   Kalau   tidak,   saya   menyarankan  Anda   untuk   menabung sendiri. Jangan lupa, kalau Anda meminjam, toh Anda harus mengembalikannya juga. Sama seperti menabung sendiri, kan?

5.   Liburan dan perjalanan ibadah

Liburan dan perjalanan ibadah juga merupakan tujuan di masa datang yang sering kali diinginkan banyak keluarga. Jangan lupa, liburan dan perjalanan ibadah juga membutuhkan dana yang cukup besar.

Pergi  haji,  misalnya.  Biayanya  cukup  besar.  Pertama,  dollar  di  Indonesia  cukup mahal  (jadi  ingat  waktu  dollar  kita  masih  Rp.2.500,-an).  Kedua,  setiap  tahun harga-harga seperti tiket pesawat dan akomodasi memang naik.

Bagaimana  dengan  liburan?  Ini  juga  bisa  besar.  Jangan  lupa,  biaya  liburan biasanya  sangat  bergantung pada  lima  hal:  transportasi,  akomodasi,  makan  dan minum,  rekreasi  di  objek  wisata,  dan  oleh-oleh.  Semua itu  umumnya  cukup mahal. Apalagi kalau Anda memutuskan untuk berlibur ke luar negeri. Banyak di antara kita yang ingin pergi ke negara ini atau negara itu hanya karena kita sering melihatnya di teve.

Kalau    Anda   ingin    mempersiapkan    dananya,    pesan    saya:    jangan    terlalu mengandalkan utang. Tabung saja uangnya. Saya sering melihat seseorang yang memutuskan  pergi  berlibur  ke  luar  negeri  dengan memanfaatkan  fasilitas  utang, entah fasilitas utang di kartu kredit atau dari kantor.

“SISIHKAN UNTUK POS-POS PENGELUARAN DI MASA YANG AKAN DATANG”

Bagaimana Melakukannya?

Miliki Proteksi

Apa yang diproteksi? Apa yang dilindungi? Keuangannya!

Risiko-risiko yang Mungkin Terjadi pada Kehidupan Anda

Bayangkan  Anda  adalah  pria  berusia  37  tahun,  memiliki  istri  dan  tiga  orang  anak yang  masih  dibiayai  secara bulanan,  baik  hidupnya  maupun  sekolahnya.  Di  rumah, hanya Anda yang bekerja, sementara istri Anda seorang ibu rumah tangga. Simpanan uang di keluarga kebetulan tidak banyak-banyak amat, hanya sekitar Rp.32 juta. Anda kebetulan juga tidak memiliki produk-produk investasi lain. Ya, ada sih. Bentuknya deposito sekitar Rp.12 juta, di luar yang Rp.32 juta tadi. Anda bekerja di kantor yang sekarang sudah 10 tahun, dengan penghasilan sekitar Rp.4,7 juta per bulan.

Pertanyaannya sederhana:

“Apa yang terjadi kalau Anda meninggal dunia?”

Secara keuangan, sudah jelas, gaji Anda berhenti. Mungkin kantor Anda akan berbaik hati memberikan pesangon, tapi berapa sih pesangonnya? Anggap saja ada pesangon yang  jumlahnya  enam  bulan  gaji  terakhir.  Sekarang,  siapa yang  akan  membiayai hidup orang-orang yang Anda tinggalkan?

Keluarga Anda mungkin akan memakai uang pesangon plus mencairkan depositonya. Akan  tetapi,  sampai  kapan uang  itu  bertahan?  Cepat  atau  lambat  pasti  habis.  Nah, disinilah  pentingnya  melakukan  proteksi  sehingga   kalau terjadi  satu  risiko,  apapun risiko itu, orang yang Anda tinggalkan tidak perlu lagi “menderita” secara keuangan.

Kemungkinan kedua, ketika ditabrak , Anda tidak meninggal. Hanya mengalami luka, namun sangat parah. Kemungkinan terburuk, Anda koma, tidak sadarkan diri. Dokter Anda juga tidak tahu sampai kapan Anda tidak sadarkan diri. Akan tetapi, di kantor Anda,   jelas   Anda   sudah   akan   dirumahkan.   Bahkan─siap-siap  saja─kehilangan pekerjaan  di  bulan  kedua.  Sementara  Anda  tidak  sadarkan  diri,  nggak tahu  sampai kapan. Kalau Anda tidak bisa kembali bekerja, penghasilan Anda juga berhenti.

Risiko lain, Anda sakit. Ada biaya dokter yang harus dibayar. Belum lagi biaya rumah sakit.  Nginep di  rumah  sakit itu mahal.  Per  malam  bisa  ratusan  ribu.  Belum  kalau operasi. Belum obatnya. Bisa puluhan juta!

Mau tahu risiko lain?

Anggap saja Anda seorang janda. Anda mempunyai rumah sendiri, dengan satu anak perempuan yang sudah SMP. Apa yang terjadi kalau rumah Anda terbakar? “Waduh, jangan  sampai  dong,”  begitu  mungkin  kata  Anda.  Ya,  jangan  sampai,  memang. Namun, misalnya rumah Anda terbakar, apa kira-kira kerugian Anda?

Pertama, Anda  rugi  harta,  baik  bangunan  maupun  isinya.  

Kedua,  Anda  mungkin belum  tentu  mempunyai  uang  cash untuk  membangun  rumah  lagi.  Kalau  Anda mempunyai  uang  cash  sih  nggak apa-apa,  tapi  kalau  nggak punya?  Mungkin  Anda harus pinjam sana-sini.

Kesimpulannya,  apa  saja  risiko  yang  mungkin  bisa  terjadi pada kehidupan Anda? Risiko-risiko yang mungkin bisa terjadi pada kehidupan Anda antara lain adalah:

  1. Kematian
  2. Kecelakaan
  3. Sakit
  4. Musibah pada rumah
  5. Musibah pada kendaraan
  6. Pemutusan Hubungan Kerja

Tiga Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Memproteksi Akibat Risiko

Apa  yang  bisa  Anda  Lakukan  untuk  memproteksi  risiko-risiko  tersebut?  Jawabnya ada tiga, yaitu:

  1. Miliki asuransi.
  2. Miliki dana cadangan.
  3. Miliki  sumber  penghasilan  di  luar  gaji  yang  kalau  bisa  didapat  secara  terus- menerus.

1.   Asuransi

Kata asuransi mungkin akan lewat di kepala Anda bila mendengar kata “proteksi”. Ya, kata “proteksi” memang selalu dikaitkan dengan asuransi. Dengan memiliki asuransi,  akibat-akibat  yang  muncul  bila  terjadi  risiko  pada keluarga  Anda  bisa diantisipasi.

Ada tiga jenis jasa asuransi yang umumnya dikenal.

Pertama, Asuransi  Jiwa.  Dengan  asuransi  ini,  bila  terjadi  risiko  kematian  pada diri  Anda,  perusahaan asuransi  akan  memberikan  sejumlah  uang  yang  biasa disebut Uang Pertanggungan kepada ahli waris Anda. Uang Pertanggungan inilah yang nanti diharapkan bisa dikelola oleh ahli waris Anda. Ada bermacam-macam asuransi jiwa, ada yang konvensional, ada juga yang modern. Untuk mendapatkan produk  asuransi  jiwa gampang  koq.  Datang  saja  ke  perusahaan  asuransi  yang biasanya mempunyai nama diakhiri dengan kata “jiwa” atau “life”. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera misalnya, Manulife, atau Sunlife. Allianz Life juga. Ada pula Prudential.

Kedua,  Asuransi  Kesehatan.  Asuransi  kesehatan  adalah  program  asuransi  yang memberikan  penggantian biaya  kesehatan  yang  sifatnya  untuk  penyembuhan

(sekali lagi, penyembuhan, bukan pemeliharaan). Biaya kesehatan itu terbagi atas: Perawatan, dan Penyembuhan Sakit)

Perawatan,  misalnya  membeli  vitamin  atau  check  up rutin.  Penyembuhan  sakit contohnya untuk biaya dokter, berobat, operasi, bahkan biaya rumah sakit. Harus kemanakah  kita  kalau  ingin  mencari  produk asuransi  kesehatan?  Di  Indonesia, produk-produk asuransi kesehatan banyak dijual oleh Perusahaan Asuransi Jiwa, baik   sebagai   produk   utama   yang   berdiri   sendiri   atau   sebagai   produk   yang ditempelkan pada Asuransi Jiwa.

Ketiga, Asuransi    Kerugian.    Asuransi     ini    biasanya    memberikan     uang pertanggungan kalau-kalau properti atau barang-barang Anda (seperti rumah atau kendaraan)   kena   musibah.   Contohnya,   kebakaran  rumah   atau   kecelakaan kendaraan di jalan raya.

Jadi,   dengan   membeli   produk   asuransi   kerugian,   Anda   sebetulnya   sudah melakukan  proteksi  untuk berjaga-jaga  kalau  terjadi  sesuatu  pada  rumah  Anda, misalnya.

Kalau  terjadi  kebakaran  di  rumah  Anda,  sebetulnya  Anda  mengalami  kerugian sebesar nilai bangunan dan isinya. Mengapa “tanah” tidak dihitung? Oleh karena, tanah  kan  nggak kena  risiko  fatal.  Kalaupun  terjadi, paling  banter tanah  itu  toh jadi empang.

Jadi,  kalau  Anda  ingin  mengasuransikan  rumah  dan  isinya,  sebetulnya  yang diasuransikan itu adalah bangunan dan isinya.

2.   Dana cadangan

Sebagai  seorang  karyawan,  apakah  Anda  terus-menerus  tidak  pernah  memiliki uang tunai di rekening tabungan Anda?

Kalau jawabannya IYA, then you’re in a dangerous situation.

“Miliki dana cadangan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran keluarga selama beberapa bulan ke depan kalau-kalau terjadi sesuatu pada sumber penghasilan Anda.”

Jadi,  apa  yang  harus  dilakukan?  Sederhana  sekali:  miliki  dana  cadangan!  Guna dana cadangan  adalah  untuk membayar  pengeluaran-pengeluaran  Anda  selama belum mendapatkan pekerjaan.

Seberapa  besar  jumlah  dana  cadangan  yang  sebaiknya  dimiliki?  Ya,  sebesar pengeluaran  keluarga  selama beberapa  bulan.  Anggap  saja  bila  Anda  di-PHK, Anda  akan  hidup  dari  dana  cadangan  untuk  beberapa bulan sebelum  akhirnya mendapatkan  pekerjaan  kembali.  Berapa  jumlahnya?  Idealnya  sih sekitar  3,  6 hingga 12 bulan pengeluaran keluarga Anda.

Jadi, kalau pengeluaran keluarga Anda saat ini Rp.1 juta per bulan, berarti Anda harus  mempunyai  dana cadangan  sebesar  Rp.  3,  6  hingga  12  juta.  Anggap  saja Rp.6  juta.  Ini  berarti,  kalau  Anda  di-PHK  hari  ini  juga  dan  tidak  mendapatkan uang  pesangon,  Anda  masih  mempunyai  uang  untuk  membayar  pengeluaran- pengeluaran keluarga selama 6 bulan ke depan walaupun Anda tidak digaji lagi.

Jadi, tunggu apa lagi? Miliki dana cadangan sekarang juga! Jangan sampai Anda harus di-PHK dan tidak mendapatkan uang pesangon, Anda sengsara.

3.   Miliki sumber penghasilan di luar gaji yang kalau bisa didapat secara terus- menerus

Sekarang,  saya  ingin  mengajak  Anda  untuk  jujur  kepada  diri  sendiri.  Kapan terakhir kali Anda merasa bahwa bekerja sebagai seorang karyawan bisa membuat Anda kaya?

Seperti saya katakan di depan, menjadi karyawan itu bukan jaminan bisa membuat

Anda  kaya.  Sebaliknya,  membuka  usaha  sendiri  pun  belum  tentu  bisa  membuat

Nah,  berbicara  soal  gaji  kecil,  yang  jadi  masalah,  banyak  karyawan  yang  betul- betul hanya termotivasi karena uang ketika mereka bekerja. Pikiran mereka nggak jauh-jauh amat dari kalimat seperti di bawah ini.

Hmm …, gaji saya sekarang Rp.2 juta. Kapan ya gaji saya bisa naik jadi Rp.2,5 juta?”

“Bonus  saya  tahun  ini  Rp.10  juta.  Ah,  nggak  bener  nih.  Harusnya  bonus  saya Rp.17 juta dong. Gimana sih orang HRD? Gak tau orang udah kerja capek-capek, apa?”

“Gaji kamu Rp.3 juta per bulan? Waduh, koq gaji saya jauh di bawah kamu ya? Padahal kan job desc kita hampir sama. Wah, gak adil nih ….”

Komentar saya atas pernyataan-pernyataan seperti itu Cuma satu:

“Jangan pernah bekerja hanya untuk uang ….” Maksudnya?

Kalau Anda jadi karyawan, uang yang Anda dapat tiap bulan ‘kan “dijatah” orang. Kalau  uang  bulanan  Anda “dijatah”  orang,  ya  ngapain Anda  kerja  hanya  untuk uang?  Kalau  Anda  mau  penghasilan  besar  dan  tidak dijatah,  bukalah  usaha sendiri;  uang  masuknya  bisa  lebih  besar.  Anda  juga  bisa  menjadi  makelar  atau agen asuransi sehingga bisa menentukan sendiri uang yang Anda dapatkan.

Berulang-ulang saya katakan bahwa Anda tetap bisa kaya berapa pun penghasilan Anda,  termasuk  ketika bekerja sebagai  karyawan  yang  penghasilannya  dibatasi. Namun, kalau berharap gaji dengan jumlah besar yang masuk kepada Anda setiap bulannya, mending nggak usah jadi karyawan.

Kesimpulannya? Kalau Anda bekerja, cobalah tidak hanya untuk alasan uang, tapi bekerjalah  untuk bisa  memiliki teman-teman  baru  atau  mendapatkan  keahlian baru.  Prinsipnya,  cobalah bekerja tidak  hanya  demi  “uang”. Hidup  Anda  akan membosankan.

Sekali   lagi,   Anda   tetap   bisa   kaya   dengan   mengelola   gaji.   Akan   tetapi, mengharapkan gaji besar? No way. Bukannya nggak bisa, tapi ingat, bukan Anda yang menentukan jumlah gaji yang Anda dapatkan.

Apa  yang  harus  Anda  lakukan  kalau  Anda  tidak  bekerja  hanya  untuk  uang? Jawabannya: miliki sumber penghasilan lain di luar gaji Anda sekarang.

Penghasilan  lain  tersebut  bisa  didapatkan  secara  terus-menerus.  Ibaratnya  nih, kalaupun Anda di-PHK sekarang, dan setelah beberapa bulan dana cadangan Anda habis  selama  Anda  belum  bekerja lagi,  Anda  toh sudah mempunyai  alternatif penghasilan lain.

Sumber penghasilan lain seperti apa yang bisa didapatkan secara terus-menerus? Pertama,  tentu  saja  bisnis.  Oleh karena,  pada  saat  masih  bekerja,  Anda  bisa mencari peluang bisnis yang mungkin dapat dijalankan tanpa mengganggu waktu kerja Anda, seperti investasi di usaha orang lain, membuka warung makan yang dijalankan oleh adik Anda yang pinter masak, atau membuka wartel atau warnet kecil yang dioperasikan sepupu Anda. Memang, untuk awalnya, penghasilan dari sumber itu mungkin nggak besar-besar amat. Akan tetapi, yang penting harapan Anda ‘kan mereka bisa terus-menerus ngasih penghasilan.

Alternatif   kedua,   kalau   Anda   menginginkan   sumber   penghasilan   yang   bisa memberikan  hasil  secara  terus-menerus,  milikilah  produk-produk  investasi  yang bisa memberikan Pendapatan   Tetap  untuk  anda,  seperti  deposito yang memberikan   pendapatan   tetap   berupa   bunga,   atau   rumah   yang   bisa   juga memberikan pendapatan  tetap  berupa  uang  sewa  secara  periodik.  Fokuskan  diri Anda terus-menerus untuk memiliki produk-produk investasi seperti ini sehingga kelak,  jumlah  pendapatan  tetap  yang  masuk  dari  investasi  ini  bisa  menyamai pendapatan  Anda  sekarang.  Memang  nggak gampang  dan  nggak mungkin  bisa cepat. Mungkin butuh waktu bertahun-tahun sebelum pendapatan tetap Anda dari investasi ini bisa menyamai penghasilan Anda sekarang.

Ingat, merintis jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Namanya juga sedang membangun sumber pasive    income,   alias income yang    didapat   tidak mengharuskan  kita  untuk  aktif  bekerja.  Kalau  mempunyai  passive income yang bagus, Anda bisa lebih tenang bekerja di tempat sekarang. Konsentrasi Anda tidak harus  terganggu  oleh masalah  gaji  yang  dirasa  kecil,  padahal  sebetulnya  tidak. Ingat,   tugas   perusahaan   bukanlah   menyejahterakan  Anda, tapi  memberikan imbalan   yang   pantas   sesuai   dengan   job   desc Anda.   Anda   hanya   perlu mengusahakan  untuk   memiliki   satu   sumber   penghasilan   lagi   yang   mudah- mudahan bisa dijadikan passive income.

Passive  income ini  awalnya  mungkin  memang  kecil,  tapi  lama-kelamaan  kita harapkan jumlahnya bisa semakin besar dan besar.

Selain  itu,  dengan  memiliki  sumber  penghasilan  lain  yang  diusahakan  bisa menjadi  passive  income,  Anda  bisa mengantisipasi  risiko  hilangnya  sumber penghasilan dari pekerjaan Anda sebagai karyawan. Dana cadangan memang bisa mengantisipasi  risiko  PHK.  Akan  tetapi,  ingat  dana  cadangan  sebetulnya  hanya sebuah  proteksi  untuk jangka  pendek  kalau  Anda  di-PHK.  Nah,  kalau  dana cadangan  berguna  untuk  proteksi  jangka  pendek,  sumber penghasilan  lain  yang terus-menerus  akan  berguna  untuk  proteksi  jangka  panjang.  Selain  itu,  kalau sumber penghasilan Anda banyak, nggak hanya menggantungkan diri dari gajiii melulu,  Anda  tentu  akan  dapat  merasakan enaknya.  Misalnya,  jika  salah  satu sumber penghasilan Anda mati, Anda masih mempunyai cadangan sumber yang lain.   Itulah   enaknya   kalau   mempunyai   sumber   penghasilan   yang   banyak. Sementara penghasilan di kantor Anda sekarang tetap menjadi sumber utama.

“MILIKI PROTEKSI”

Bagaimana melakukannya?

  1. Miliki   asuransi,   entah   asuransi   jiwa,   asuransi   kesehatan,   atau   asuransi kerugian.  Syukur  kalau  dari beberapa  dari  jenis  jasa  asuransi  itu  sudah dibayari oleh kantor. Kalau tidak, beli saja dengan biaya sendiri.
  2. Miliki dana cadangan sebagai proteksi jangka pendek kalau Anda kehilangan penghasilan   dan   tidak  mendapatkan   uang   pesangon,   atau   kalau   uang pesangonn Anda sangat kecil.
  3. Miliki Sumber Penghasilan Lain di Luar Gaji yang kalau bisa didapat secara terus-menerus, sebagai proteksi jangka panjang dari gaji Anda yang sewaktu-waktu bisa saja terancam berhenti.

Kesimpulan

Sebagai contoh, untuk mau membiasakan diri membeli atau memiliki Harta Produktif, seseorang harus mengubah cara  pikir.  Mungkin  yang  tadinya  biasa  berpikir,  “Nabungnya nanti  aja  deh kalau penghasilannya bersisa,” sekarang harus diubah menjadi, “Oke, sekarang saya nabung dulu, invest dulu ke Harta Produktif, baru belanja ….” Atau, ketika datang ke mall, Anda yang mungkin biasa berpikir, “Apa yang bisa saya beli?” harus diubah menjadi, “Apa yang bisa saya jual di mall ini?” Berat, kan rasanya?

Contoh  lain  adalah  kebiasaan  ngutang.  Kalau  Anda  terbiasa  ngutang,  mungkin sekarang   kebiasaan   itu   harus  Anda   kurangi   supaya   cicilan   utang   Anda   tidak memberatkan  gaji  Anda.  Wah,  buat  mereka  yang  senang ngutang,  saya  tahu  akan berat sekali mengubah kebiasaan itu. Ya, kan?

Akan  tetapi,  dari  pengalaman  saya,  keberhasilan  sering  kali  sangat  membutuhkan pengorbanan.  Salah  satunya, mengubah  cara  berpikir,  dan  yang  paling  penting, bertindak. Nah, kalau Anda ingat, sekali lagi ada lima kiat dalam mengelola gaji agar Anda bisa kaya:

Kiat Nomor 1:

“Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin Harta Produktif”

Kiat Nomor 2:

“Atur Pengeluaran Anda”

Kiat Nomor 3:

“Hati-hati dengan Utang”

Kiat Nomor 4:

“Sisihkan untuk Pos-pos Pengeluaran di Masa yang Akan Datang”

Kiat Nomor 5:

“Miliki Proteksi”

Sulitkah dilakukan? Sulit atau tidak, jelas ada pengorbanan!

Selamat  mengelola  gaji  Anda!”  Selanjutnya,  bila  Anda  pelan-pelan  telah  berhasil menabung  dan  menyisihkan  sedikit  demi  sedikit  penghasilan  Anda  dalam  bentuk tabungan, deposito, reksadana, atau dalam bentuk aset-aset lain, mari dengan lantang kita katakan kepada orang-orang di luar sana …
Download untuk baca dirumah

Tentang lataghdhab
Herbal Shop Al-Khair | Mudah, Aman dan Amanah | Segala Kebaikan Obat Ada di Thibbun Nabawi dan Herbal Alami :: FORMAT PEMESANAN LEWAT SMS :: Jenis Produk, Jumlah#Nama#Alamat (RT/RW, Kel/ Kec, Kodepos)#No. HP#Bank KIRIM KE 081210110323. Barokallahu fykum

Tinggalkan komentar