17 Amalan Penghapus Dosa

Manusia pasti berbuat dosa dan pasti butuh ampunan Allah. Oleh karena itu Allah memberikan keutamaan dan kemurahan kepada hambaNya dengan mensyariatkan amalan-amalan yang dapat menghapus dosa disamping taubat. Sebagiannya dijelaskan dalam Al Qur’an dan sebagiannya lagi dalam Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.Diantaranya sebagai berikut:

1. Menyempurnakan wudhu dan berjalan ke masjid, sebagaimana disampaikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ

“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapu dosa dan mengangkat derajat. Mereka menjawab: ya wahai rasululloh. Beliau berkata: menyempurnakan wudhu ketika masa sulit dan memperbanyak langkah kemasjid serta menunggu shalat satu ke shalat yang lain, karena hal itu adalah ribath” (HR Muslim dan Al Tirmidzi).

Baca pos ini lebih lanjut

Kemaksiatan Membutakan Mata Hati

https://i0.wp.com/syiartauhid.info/wp-content/uploads/2012/05/maksiat.jpegDampak negatif dari kemaksiatan akan membutakan mata hati, akan meredupkan cahaya hati dan akan menutup pintu pintu ilmu serta akan menutupi sumber-sumber hidayah.

Imam Malik berkata kepada Imam Syafi’i : “Sungguh akau melihat bahwasanya Allah telah memberikan cahaya kepadamu, maka jangan engkau padamkan cahaya tersebut dengan kegelapan Maksiat”.

Dan diceritakan bahwa Imam Syafi’I sebelum belajar kepada Imam Malik telah menghafal Kitab Muwatho’ yang cukup tebal (karya Imam Malik).

Dampak dari perbuatan kemaksiatan tersebut akan membuat  cahaya dalam hati semakin meredup dan meredup sementara kegelapan tersebut semakin menguat dan menguat sehingga membuat hati menjadi gelap seperti gelapnya malam. Baca pos ini lebih lanjut

Memurnikan Aqidah dari Praktek Kesyirikan

Berbagai praktek kesyirikan yang marak terjadi di negri ini sudah demikian sangat parahnya menjangkiti, praktek-praktek kesyirikan yang terjadi tak ubahnya seperti praktek-praktek kesyirikan yang terjadi di jaman jahiliyah bahkan lebih parah.

Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk terus melanggengkan budaya kesyirikan ini diantaranya adalah dengan membungkusnya dengan nama-nama yang bagus sehingga semakin mudah manusia tertipu. Namun Imam Ash Shon’ani menegaskan bahwa bagaimanapun bagusnya nama yang diberikan tetap saja tidak merubah hakikat dari perbuatan tersebut. Baca pos ini lebih lanjut

Kedudukan Qiyas dalam Islam

Makna Qiyas adalah melekatkan cabang kepada yang pokok atau menyamakan cabang dengan pokoknya karena ada sebab yang menggabungkan antar keduanya sebagai contoh dalam ayat Al Qur’an Surat Al Isra’ ayat 23 : “Janganlah kalian berkata ah! kepada keduanya(orang tua)” maka dengan ayat ini dapat diqiyaskan bahwa memukul atau menendang tingkat pelaranganya lebih tinggi dari pekataan “ah”.

Selanjutmya masuk perkataan penulis (Imam Al Barbahari) dalam kitab Syarhussunnah “Dan Ketahuilah bahwasannya tidak ada dalam sunnah itu qiyas”.

Makna dari perkataan penulis tersebut menurut Syaikh Sholih Fauzan tidak terlepas dari dua hal: Baca pos ini lebih lanjut

Kemaksiatan Menyebabkan Pelakunya Terpenjara

Kemaksiatan menyebabkan pelakunya ditawan syaithon & terpenjara oleh syahwatnya, dan selalu berada dalam jeratan-jeratan hawa nafsunya. Tidak ada tawanan yang lebih jelek kecuali yang ditawan oleh musuh yang paling nyata yaitu syaithon juga tidak ada penjara yang lebih sempit dari penjara nafsu dan juga tidak ada belenggu yang lebih keras dari belenggu syahwat.

Bagaimana orang seperti ini bisa berjalan ke negri Allah dan Akhirat? sebuah hati yang senantiasa tertawan, terpenjara & terbelenggu

Bagaimana mungkin bisa melangkah walaupun sekedar selangkah menuju Allah?,

Apabila hati sudah terbelunggu dengan syahwat maka dia akan didatangi penyakit-penyakit dari berbagai sisi tergantung dari kuatnya belenggu tersebut, permisalan belenggu tersebut adalah seperti burung  semakin tinggi dia terbang maka akan semakin sedikit rintangan yang didapatinya, semakin dia turun maka akan semakin banyak rintangan.

Baca pos ini lebih lanjut

Meraih Keutamaan Berlindung dibawah Perlindungan Allah

Pada Kajian Ilmiah bersama Ust Abu Karimah Askari di masjid Al I’tishom kali ini membahas sebuah hadits yang datang dari Sahabat  Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَا

“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:

  1. Pemimpin yang adil.
  2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya. 
  3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. 
  4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah. 
  5. Baca pos ini lebih lanjut